Kamis, 02 Juli 2015

Wisata Pacitan



Bagian ke-2: Eksplorasi Wisata Pacitan

Perjalanan dari Kota Malang menuju Kabupaten Pacitan ditempuh dalam waktu kurang lebih 7 jam beserta waktu istirahat mesin.  Transportasi yang digunakan travel mobil elp.  Penumpang waktu itu hanya 5 orang jadi cukup lengang.  Perjalanan lancar dan hampir semua penumpang menghabiskan waktu perjalanan dengan tidur.  Seorang penumpang membawa bekal kacang garing buatan sendiri yang dinikmatinya sambil kepala berayun-ayun karena mengantuk.

Sampai ditempat tujuan jam 5 pagi.   Tujuan saya adalah rumah seorang sahabat lama.  Teman sewaktu kerja jadi pendamping Program Pemberdayaan Masyarakat Tani (Proksidatani) Kabupaten Indramayu tahun 1998.  Teman lama tapi komunikasi tetap terjalin.  Sampai di rumahnya, disambut dua orang keponakan yang ternyata sudah besar-besar.  Sambutan hangat dari kawan lama, Mbah Kung dan Mbah Utih serta dua keponakan dipagi hari yang dingin dikampung orang lain sungguh luar biasa.  Seperti menemukan keluarga  sendiri yang sudah beberapa hari ditinggalkan.  Memang tujuan lain dari  perjalanan ini adalah sekalian lewat mendatangi teman-teman lama.  Bisa melihat keadaannya, menginap dirumahnya bercerita tentang nostalgia masa lalu, berbagi cerita selama sekian waktu tidak bertemu, dan menerawang membicarakan masa depan masing-masing sungguh sesuatu banget.

Setelah bertegur sapa kangen-kangenan, sayapun dipersilahkan untuk beristirahat.  Karena paginya sudah janjian dengan guide dadakan yaitu seorang Mba untuk menemani eksplorasi  wisata di Pacitan.  Nah kalau Mba ini adalah teman kerja waktu di Solo.  Sudah hampir 9 tahun tidak bertemu. Dia sengaja datang dari Karang Anyar Jawa Tengah untuk menemani saya jalan-jalan di Pacitan.   

Asikk ada guide....

Agenda wisata di Pacitan adalah Pantai dan Gua.  Itu rekomendasi dari Indar dan Mba Rubi.  Oke saya ikut.  Beberapa tempat yang disebutkan adalah : Pantai Klayar, Pantai Srau, Pantai Pidakan, Pantai Soge, Pantai Teleng Ria, Goa Gong dan Goa Tabuhan.
Dan spot pertamapun saya datangi.

Pantai Srau : Menikmati biru jernih  Samudera dari Bukit Hijau
Dengan sepeda motor yang dikendarai si Mba, kamipun meluncur menuju Pantai Srau.  Jalanan aspal lurus makin lama makin berkelok mengecil dan turun naik.  Melewati perkampungan penduduk dan ladang-ladang yang barusan panen padi.  Nampak beberapa penduduk yang sedang mengangkut hasil panen berpapasan dengan kami.
Sampai di Pantai Srau kira-kira jam 11.00 WIB, matahari sedang terik-teriknya.  Namun kami tidak peduli karena terpesona oleh hamparan laut biru yang mengililingi buit-bukit kecil yang menghijau ditutupi rumput.   Sejenak kami duduk di bawah pohon bakau sambil memandangi laut lepas, mendengar debur ombak yang menghantam karang dan bisikan angin yang bertiup sepoi-sepoi. 
Lalu kami melangkah dalam terik menaiki bukit kecil yang ada dihadapan.  Pemandangan dari atas bukit ternyata lebih indah.  Seluruh pemandangan adalah laut lepas.  Air laut yang jernih berwarna biru berkilat-kilat dibawah kami. “Awas hati-hati jangan terlalu dekat dengan batas tebing berbahaya, ombaknya besar dan arusnya deras” si Mba mengingatkan saya yang tengah asik mengatur posisi untuk berfoto. 
Bukit-bukit ini terhubung satu sama lain namun dikelilingi oleh lautan.   Bukit ini tersusun dari batu karang bercampur tanah.  Salah satu bukit berisi gugusan karang berwarna hitam.  Diantara gugusan karang tersebut terdapat sumber air yang jernih mengalir menuju pinggir bukit menuju laut.  Kami berkelakar “ ayo kita cari batu akik” Ya batu akik memang sangat booming saat ini dan Pacitan adalah salah satu daerah di Indonesia yang penghasil batu akik.   Memang kami temukan batu-batu tapi bukan batu akik melainkan karang saja.
Saat yang tepat berkunjung ke Pantai Srau adalah sore hari menjelang matahari terbenam, berkemah disana dan paginya dapat menikmati matahari terbit.     Memang dipantai ini kita dapat melihat sunset dan juga sunrise.  Luar biasa bukan?
Tanpa terasa hari mendekati sore.  Beberapa penduduk kami temukan sedang memancing disalah satu bukit.  Rupanya disitu adalah spot pemancingan.  Kami lihat batu karang yang sudah di modifikasi jadi tempat duduk pemancing.   Lokasi pemancingan ini tebing karang yang terjal.  Dibawah tebing air laut jernih berbusa-busa.  Ikan yang mereka dapat adalah ikan-ikan karang. 
Setelah puas menikmati Pantai Srau kami melanjutkan perjalanan menuju Pantai  Watu karung. 
Pantai Watu Karung
Waktu tempuh menuju pantai watu karung kurang lebih satu jam.  Jalanan aspal,  tidak terlalu lebar, berbelok dan naik turun.  Sepanjang jalan terlewati hutan, kebun palawija, dan perkampungan penduduk yang cukup ramai.  Sesekali kami berpapasan dengan wisatawan asing yang membawa papan selancar menuju arah kota. 
Sampai di pantai watu karung sudah sore hari.  Kami datang bukan hari libur jadi suasana sekitar pantai lengang, hanya beberapa penduduk yang jalan-jalan di sepanjang pantai dan tidak jauh dari pantai terlihat penduduk yang sedang memancing.
Pantai watu karung berpasir kuning, bersih dan terdapat karang-karang sehingga air laut nampak jernih.  Kita juga dapat menemukan hewan-hewan laut disepanjang pantai seperti binatang berbentuk bintang, udang dan sejenis ubur-ubur. 
Fasilitas yang ada di sekitar pantai watu karung terdapat home stay yang disediakan oleh penduduk lokal maupun home stay yang dibangun oleh orang asing.  Terlihat pula cafe dan rumah makan disamping itu terdapat kedai makanan dan minuman. 
Pantai ini sepertinya spot surfing bagi para wisatawan asing dan lokal.  Terlihat 2 orang sedang berselancar di gelombang laut dibawah cahaya senja yang kuning lembayung. 
Haripun kian beranjak sore sehingga memaksa kami untuk segera pergi meninggalkan pantai.
Pantai Klayar
Sepulang perjalanan hari pertama, kami sampai dirumah dengan sambutan hangat keluarga Indar.  Semalaman itu kami bertukar cerita tentang pantai Srau dan pantai Watu Karung.  Dan Pantai Klayar yang akan kami kunjungi besok harinya.  Tak sabar untuk membuktikan cerita kami malam itu tentang pesona Pantai Klayar. Keesokan harinya kamipun berangkat menuju Pantai Klayar.
Perjalanan menuju Pantai Klayar yang berjarak 19 km dari simpang Punuk seperti perjalanan menuju pantai lainnya.  Jalanan beraspal, tidak terlalu lebar, berkelok-kelok dan turun naik.  Sepanjang jalan kami melalui hutan jati, ladang-ladang palawija dan pemukiman penduduk.  Dengan waktu tempuh kurang lebih 1,5- 2 jam menggunakan kendaraan bermotor roda dua yang berkecepatan sedang, akhirnya kamipun sampai di Pantai Klayar setelah melewati gerbang dan membayar tiket masuk untuk orang dewasa seharga 3 ribu rupiah perorang
Kesan pertama tentang Pantai Klayar hanyalah pantai sebagaimana biasa seperti yang kami temui di tempat-tempat lain.  Pesonanya belum terlalu nampak begitu kami sampai. Yang terlihat adalah pantai yang berbatasan dengan samudera luas terbentang dengan gelombang laut yang besar. Sepanjang pantai dipasang bendera peringatan bagi pengunjung untuk tidak berenang atau sedekar bermain air.
Fasilitas yang melengkapi sepanjang pantai terdapat kedai-kedai makanan dan minuman serta berderet-deret toilet yang ada disetiap sudut.  Menurut pedagang kalau hari libur pengunjung sangat banyak sehingga toilet dapat menampung kebutuhan pengunjung.  Kami datang saat itu bukan hari libur jadi suasana sedang dalam keadaan sepi.  Untuk membantu pengunjung yang ingin mengelilingi sepanjang pantai serta kawasan jalanan off road perbukitan tersedia penyewaan ATV dengan tarif minimal 50 ribu rupiah tergantung jarak yang ingin ditempuh. Disekitar pantai juga tersedia home stay namun jumlahnya hanya sedikit saja.
Kami berjalan untuk menemukan pesona pantai ini, makin kedalam makin terlihat keunikan yaitu air laut yang melewati undakan karang sehingga mirip air terjun pendek.  Debur ombak sangat kencang pertanda bahwa gelombang besar menghantam karang ditepi pantai.  Pantai Klayar tidak landai dan dalam sehingga kurang cocok jika dijadikan tempat bermain air.  Kita hanya menikmati pemandangannya dari jauh.
Pesona Pantai Klayar yang sesungguhnya terlihat dari diatas bukit yang bersebelahan dengan pantai.  Pemandangan yang sungguh indah.  Hamparan laut biru jernih dipadu dengan sisa-sisa daratan yang tergerus ombak serta perbukitan hijau yang membentang berbatasan dengan pantai dan air laut.  Dari atas bukit kita dapat menyaksikan yang khas dari pantai ini yaitu “seruling samudera”.  Seruling samudera terjadi karena air laut memasuki  celah batu karang.  Dari celah batu karang tersebut keluarlah air memancar seperti air mancur, jika gelombang sangat besar semburan air laut ini disertai bunyi mirip seruling. 
Namun kita harus berhati-hati saat berasik ria diatas bukit karena pinggiran bukit sangat terjal, berbatasan dengan laut yang memiliki gelombang besar kalau tidak hati-hati bisa terpeleset dan jatuh.
Diatas bukit sambil menikmati pemandangan seruling samudera dan keindahan alam, kita juga dapat menikmati kelapa muda yang dijual penduduk sekitar. Tidak banyak yang jualan diatas bukit ini namun hampir dipastikan selalu ada yang jualan.
Hemm lengkap sudah menikmati keindahan Pantai Klayar.
Goa Gong
Kami mengunjungi Goa Gong sebelum menuju Pantai Klayar karena jalanan searah belok sedikit.  Tiket masuk Goa Gong seharga 5 ribu rupiah per orang dewasa. Kita dapat menggunakan jasa guide untuk memandu selama di dalam gua dan menyewa senter.  Jasa guide 25 ribu rupiah dan sewa senter 10 ribu rupiah.  Tersedia juga juru foto untuk mengambil gambar dan mengabadikan perjalanan di dalam goa.
Memasuki kawasan wisata sudah disambut dengan jejeran kios-kios yang tertata rapi disepanjang jalan menuju mulut goa.  Didalam kios dijajakan aneka sovenir dan oleh-oleh makanan khas Pacitan.  Sovenir yang tersedia mulai dari aneka batu akik, bros, aksesoris, kaos dan baju-baju batik.  Makanan khas tersedia gula aren, sale pisang, dan jenis kue-kue lainnya.
Fasilitas wisata yang terdapat diluar goa tersedia toilet, tempat duduk untuk istirahat, pusat informasi dan jalanan menuju goa berupa tangga beton.  Didalam goa dilengkapi tangga dan pegangan dan lampu-lampu dengan warna berganti-ganti.
Didalam goa terdapat ruang-ruang yang diberi nama dan terdapat tiga sumber mata air.  Batuan didalam sungguh menakjubkan.  Stalagtit dan stalagnit yang menjulang terbentuk indah.  Relief-relief khas yang terbentuk secara alami dalam waktu jutaan tahun.  Ada juga batuan yang berkilauan ketika disorot senter yang dinamakan batu mutiara.  Ciri khas dari goa ini adalah batuan yang dipukul berbunyi nyaring sehingga membuat goa ini diberi nama goa gong.
Memasuki kawasan goa gong ada persyaratan yang harus dipatuhi pengunjung mengingat situs ini terbentuk secara alami yang tidak dapat diperbaharui dan relief batuan yang terbentuk jutaan tahun.  Jadi kalau ada bagian situs yang dirusak akan sangat disayangkan.  Sehingga pengunjung dituntut patuh pada peraturan yang telah dibuat pengelola.
Setelah puas menelusuri setiap ruang dalam goa, kamipun beranjak keluar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar