Masjid Ajaib
Pemandangan Mesjid dari halaman depan
Suasana mesjid yang lengang diluar waktu shalat
Masjid ajaib adalah destinasi yang membuat kami
penasaran. Sewaktu kami menanyakannya
kepada Pak Parwoto dan Bu Fina tentang mesjid tersebut mereka tersenyum-senyum
dan kami disarankan untuk melihat sendiri kondisinya. Jadi penasaran. Kamipun meluncur kesana sore hari sekalian
mampir untuk shalat ashar, kebetulan searah pulang juga menuju desa Tubo tempat
kami menginap.
Seperti biasa Pak Parwoto memberi intro cerita selama
perjalanan tentang proses pembangunan masjid yang menurutnya dan menurut
masyarakat sekitar cukup unik bahkan terbilang aneh karena membangun mesjid
sebesar itu tidak terlihat keheboban alat berat maupun bahan bangunan yang
bertumpuk-tumpuk. Jadi makin penasaran
saja.
Perjalanan menuju lokasi adalah memasuki kawasan
pemukiman yang dipinggir jalan kiri kanannya terdapat kios-kios milik
penduduk. Hampir semua penduduk
menjadikan rumahnya kios. Yang dijual
dikios tersebut rata-rata makanan, minuman oleh-oleh khas Malang dan keperluan
sehari-hari.
Dan kamipun tiba didepan gerbang kawasan masjid
ajaib. Didepan kami nampak bangunan
tinggi bertingkat-tingkat dengan desain bangunan yang rumit dan penuh
ornamen. Berwarna paduan putih dan biru.
Bangunan lain hampir semuanya berwarna putih.
Ada tulisan nama pesantren tersebut. yang penyebutannya rumit, saya
sampai tak hafal namanya.
Namun sangat disayangkan saya tidak sempat
mengabadikan semua detil penting bangunan tersebut Karena batere kamera sudah
habis. Hanya beberapa saja yang dapat
saya foto.
Selanjutnya kami menuju tempat parkir dan menuju
masjid untuk sholat ashar. Hemm suasana
sore temaram, kami merasakan suasana
berbeda.
Rupanya yang disebut masjidnya sebetulnya adalah
sebuah masjid yang tidak terlalu besar.
Namun kawasan disekitar masjid membentuk kompleks yang luas dan
megah. Seluruh bangunan termasuk dinding
tembok berhias ornamen ukiran yang menurut saya yang awam tentang seni ukir,
sangat rumit. Di sekitar masjid ada
kompleks pesantren, ruko-ruko yang menjual aneka keperluan, sovenir dan
oleh-oleh makanan khas Malang. Menurut
Pak Parwoto bangunan tersebut memiliki 10 lantai. Antar lantai dihubungkan
tangga dan lift. Banyak ruang dan lorong
yang juga semuanya berhiaskan ornamen. Melihat papan informasi yang ada
menunjukkan bahwa bangunan ini modern namun kesan unik dan magis sangat
terasa. Menurut Pak Parwoto sebetulnya
kami bisa ditemani guide ketika menjelajah seluruh bangunan ini namun karena
kami datang terlalu sore jadi sudah tidak ada jasa guide dan pengunjungpun
sudah sedikit. Guide adalah para santri
disini. Kalau kita baru pertama kali
kesini dan ingin menelusuri seluruh bangunan memang sebaiknya ditemani guide karena
banyaknya lorong dan ruang yang hampir sama membuat kita bingung dan bisa
nyasar atau tersesat. Hanya lantai satu
dan dua yang kami lihat karena hari sudah terlalu sore. Diantara ruang yang kami lihat adalah aula,
taman dalam, ruang beduk, ruang istirahat, dan terlihat deretan kios-kios yang
sudah tutup. Fasilitas dalam ruangan
cukup lengkap dan ramah pengunjung, terlihat kursi roda yang disediakan untuk
para lansia. Setiap lorong dan ruang
terkesan temaram walaupun terdapat lampu.
Tidak berlama-lama didalam, kamipun keluar ruangan. Hari memasuki memasuki waktu shalat magrib, pintu
gerbang utama ditutup namun pengunjung yang masih berada didalam bisa tetap
disana untuk melanjutkan kunjungan atau mengikuti shalat.
Mengakhiri kunjungan di mesjid ajaib masih menyisakan
rasa penasaran dan takjub dengan rumitnya bangunan. Sepanjang perjalanan menuju rumah Bu Fina,
kami tak henti bercerita tentang kesan masing-masing terhadap bangunan
tersebut. Dan karena singkatnya waktu
kunjungan, kamipun masih ingin datang untuk melihat dan mengetahui misteri
keunikan bangunan tersebut. Melengkapi
perjalanan hari itu kami menikmati masing-masing sepiring tahu campur panas
yang dijajakan pedangang kaki lima disepanjang jalan sebagai makan malam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar