Sunrise di Pananjakan
Mengunjungi Bromo adalah rencana yang sudah dua tahun
dirancang. Berkali-kali gagal karena
berbagai alasan. Karena setingan awal
rame-rame supaya ngirit biaya transportasi dan penginapan. Jadilah koordinasi sana sini mengumpulkan
pasukan. Target operasi mengumpulkan
pasukan adalah yang termasuk Kejora. Seperti
biasa mengumpulkan orang yang memiliki aktivitas berbeda dan tinggal di kota
yang berbeda pula sangatlah tidak mudah.
Saat itu saya ada di Sumatera, sebagian teman di Jawa dan sebagian lagi
di Kalimantan. Suatu kali rencana
tertunda karena tiba-tiba saya tidak bisa meninggalkan pekerjaan yang sedang
deadline. Lain kesempatan salah satu
anggota tim tidak bisa karena orang tuanya sakit. Lain kali lagi rencana gagal karena tiba-tiba
salah satu teman yang tadinya semangat menggebu-gebu tiba-tiba menghilang tanpa
kabar persis seperti lagu dangdut “ di sms gak dibalas di telepon gak
diangkat”. Hitung punya hitung dua tahun
sudah rencana ke Bromo tertunda.
Sekali dalam setahun saya dan tim kejora biasanya
selalu punya rencana jalan-jalan untuk refreshing. Menghadiahi diri dengan perjalanan penuh
ceria setelah setahun penuh berkutat menggeluti pekerjaan masing-masing. Dan
menyiapkan diri untuk setahun kedepan kembali menggeluti pekerjaan.
Rencana ke Bromo diawali dengan obrolan chat via BBM saling
curhat tentang kepenatan bekerja. Yuk kita jadikan rencana untuk ke Bromo.
Okeh. Siapa yang hunting tiket, siapa yang hunting informasi. Jadilah terkumpul 2 orang yaitu saya dan
seorang teman Mba Win.
Pukul 20.00WIB kami diberitahu Pak Farel agar
bersiap-siap berangkat ke Bromo jam 00.00 WIB.
Ada 3 rombongan yang akan berangkat malam itu. Saya dan Mba Win, rombongan dari Tangerang,
dan rombongan dari Jakarta. Secara
kebetulan kami bertemu teman-teman dari arah yang sama dan menuju tujuan yang
sama walaupun start explore nya berbeda-beda. Rombongan Jakarta dan Tangerang
adalah anak-anak muda laki dan perempuan berusia dua puluhan sedangkan kami
adalah 2 wanita empat puluhan. Generasi
berbeda berada ditempat yang sama dengan tujuan yang sama. Jadilah kami mendapat perlakuan istmewa baik
dari pemilik rumah, pengantar maupun teman rombongan. Pemilik rumah menempatkan kami di kamar
terpisah yang cukup nyaman sedangkan mereka menempati ruang bersama. Dengan sopan dan penuh perhatian mereka semua
termasuk pengantar kami memperlakukan saya dan Mba Win Bak Ibu suri. Okay We are enjoyed it!
Pukul 01.30 persiapan selesai dan kami diangkut 3 jip
berangkat menuju Bromo dengan spot pertama adalah melihat matahari terbit di
Pananjakan. Spot selanjutnya Kawah Bromo, Pasir Berbisik dan Bukit Teletubies.
Diperjalanan rupanya kami berpapasan dengan rombongan
lain. Makin lama rombongan jip makin
banyak. Jadilah jalanan ramai dengan
deru jip dalam sebuah konvoi besar. Tidak
disangka dari sebuah keinginan yang terkurung dalam hati ternyata menjadi
rombongan besar keinginan yang sama. Tidak
lama kami sampai di Gerbang kawasan, kami membayar tiket masuk dan jip pun
melanjutkan perjalanan. Jalanan kecil,
berkelok dan menanjak. Jika kebetulan
berpapasan dengan mobil lain dari arah yang berlawanan salah satu harus
mengalah untuk minggir dan berhenti untuk memberi jalan. Makin lama tanjakan makin terjal. Salah satu mobil kami tersendat saat naik
sampai harus diganjal untuk isi aki.
Jalanan makin nanjak, rombongan jip makin banyak. Kerlap kerlip lampu jip yang merangkak naik
melingkari jalanan nampak indah terlihat dari kejauhan. Sungguh sebuah pemandangan yang
menakjubkan. Kembali jip kami terhenti
karena kembali mogok. Setelah sekian
lama di utak atik oleh Pak Farel dan Kru akhirnya satu jip menyerah mendaki
sampai disitu tak sanggup untuk melanjutkan perjalanan. Jadilah 2 Jip berlanjut dan satu jip harus
balik untuk menjemput rombongan yang berada di jip yang mogok. Pak Farel berkali-kali meminta maaf atas
ketidaknyamanan yang terjadi. Dan kamipun tak mempermasalahkan karena terlarut
dalam uporia mengejar sunrise.
Jip sebagai angkutan menuju Pananjakan
Sampai di parkiran jip dan kami melanjutkan menuju
puncak Pananjakan untuk melihat matahari terbit. Dari parkiran jip kita dapat berjalan kaki
bersama rombongan lain ataupun diantar ojek sampai di tangga pertama
pendakian.
Dibawah tangga pendakian terdapat fasilitas toilet,
kios-kios makanan, mushola dan sovenir khas Bromo. Ada juga pedagang asongan yang menjajakan
syal rajutan, kupluk, sarung tangan dan masker.
Sepanjang jalan juga tersedia pedagang yang menjual jagung bakar, pisang
goreng, tempe goreng, kopi atau teh panas dan mie rebus. Suhu udara sangat dingin entah berapa derajat
saat itu. Ditengah udara dingin seperti
itu tak sanggup melanjutkan perjalanan kalau dengan perut keroncongan. Kamipun mampir ke warung untuk sekedar
menghangatkan perut dengan segelas teh panas dan mie rebus.
Tersedia kedai yang menyediakan minuman dan makanan panas
Lanjut dengan pendakian anak tangga menuju menara pantau. Dan .... berjubel orang laksana mau antri BLT berkumpul disitu. Masing-masing dengan kamera ditangan. Berkostum ala musim winter di negara 4
musim. Baju tebal berlapis-lapis, syal
melingkar dileher, kupluk terpasang dikepala dan suara mendesis seperti entog
karena kedinginan. Heemmm suasana yang
unik inilah perburuan sang surya yang baru bergeliat diufuk timur di
panajakan. Sensasional.
Suasana menunggu sunrise
Waktu itu langit mendung berkabut jadi matahari muncul
kurang ceria karena tertutup awan.
Bulatan bola matahari berwarna merah keemasan seperti digambar-gambar
tidak dapat kami saksikan saat itu.
Namun tetap takjub dengan fajar yang pelan-pelan menyingsing diufuk
timur menyingkap kabut yang menyelimuti dan membuka cakrawala pelan-pelan
terlihat indah. Gunung batok, berlatar
kawah Bromo dan Gunung Semeru membentang anggun dihadapan. Lama saya berdiri mengagumi pemandangan nan
cantik dihadapan sambil mencari spot yang bagus untuk berfoto. Sungguh indah cipataan Sang Pencipta. Subnallah.
Pemandangan indah Gunung Batok, Kawah Bromo dan Semeru
Para foto hunterpun beraksi dengan kamera
masing-masing. Berbagai pose mereka
malah menarik untuk diabadikan. Udara
pelan-pelan menghangat seiring kemunculan sang matahari. Rupanya disekitar menara pantau terdapat
bangku-bangku kayu untuk duduk yang jika tidak berjubel-jubel oleh pengunung,
dapat menikmati sunrise dengan santai sambil duduk dan menikmati secangkir teh
ditemani pisang goreng panas.
Aksi fotohunter
Berfoto berlatar belakang pemandangan indah jadi favorit para pengunjung
Puas menikmati pemandangan di Pananjakan kami beranjak
turun menuju jip untuk lanjut menuju kawah Bromo. Jip maju dengan penuh hati-hati menuruni
jalanan. Dihadapan yang dituju nampak siluet
gunung batok dan Kawah Bromo dengan urat-uratnya yang nampak perkasa.
Persiapan Jip untuk turun
Dari jauh terlihat guratan Gunung Batok
Kawah Bromo
Akhirnya jip sampai di parkiran menuju kawah
Bromo. Berjejer jip terparkir
disana. Untuk menuju tangga kawah Bromo
ada pilihan angkutan yaitu naik kuda.
Tarif naik kuda pulang-pergi seharga 100ribu-150ribu per ekor. Selanjutnya kita naik tangga menuju kawah.
Fasilitas tangga cukup baik dengan kontruksi beton
yang kokoh, pagar pengaman sebagai pegangan dan terdapat spot-spot
pemberhentian.
Tanjakan terjal sehingga membuat ngos ngosan dan harus
berhenti beberapa kali untuk sampai ke dekat kawah. Sesampainya di kawah saya merasa sangat ngeri
karena kawah masih aktif, sangat dalam dan sangat dekat dengan tangga
pegangan. Saya hanya menjulurkan tangan
untuk mengambil gambar kawah, dan tidak berlama-lama sayapun langsung turun
kembali. Dibawah tangga terdapat
pedagang minuman, makanan dan bunga edelwis.
Para pelancong yang kelelahan setelah mendaki tangga dapat beristirahat
sambil minum dan menikmati sekitar kawasan yang indah. Saya sempat mengobrol sebentar dan berfoto
bersama pedagang bunga. Dari tangga
Kawah Bromo kembali para pawang kuda menawarkan kudanya untuk di sewa. Sebagian
pelancong ada yang berjalan kaki dan sebagian menggunakan kuda menuju kendaraan
masing-masing. Saya memilih berjalan
kaki sambil menikmati suasana.
Tidak jauh dari tangga kawah juga terdapat pure yang
biasa digunakan penduduk sekitar untuk melakukan ritual pemujaan.
Jip yang terparkir berjejer juga memberikan
pemandangan yang indah sayapun tak luput untuk mengabadikannya. Tidak jauh dari parkiran jip terdapat
pedagang yang menjajakan berbagai makanan dan minuman. Kami tertarik untuk menikmati pecel dan tempe
goreng untuk mengisi perut yang mulai terasa lapar.
Deretan Jip yang terparkir di hamparan pasir kawasan Bromo
Berfoto bersama kendaraan tangguh
Pengunjung menaiki tangga menuju Kawah Bromo
Kawah Bromo yang nampak masih aktif
Berfoto bersama Mbok Pedagang Bunga
Berfoto dibawah tangga menuju kawah
Berfoto berlatar Gunung Batok
Kawasan Pure
Pasir Berbisik
Setelah semua rombongan kumpul kamipun melanjutkan
perjalanan menuju pasir berbisik. Kawasan
pasir berbisik merupakan kawasan yang seputarannya hamparan luas pasir hitam.
Jika angin bertiup pasir ini terbawa dan meimbulkan bunyi desis seperti
berbisik.
Berjalan tengah hari di kawasan ini sangat panas
Pemandangan pasir yang terhampar luas
Hamparan pasir yang akan berbunyi gemerisik saat tertiup angin
Bukit Teletubies
Perjalanan dilanjutkan ke Bukit Teletubies. Melewati padang rumput yang terhampar luas, bunga-bunga
liar yang bermekaran disepanjang perjalanan menambah indah suasana. Bukit teletubies merupakan tonjolan
bukit-bukit berumput hijau. Terdapat jasa penyewaan kuda bagi yang ingin
mengitari kawasan ini tanpa berlelah-lelah berjalan kaki. Berada disini serasa berada di alam mimpi dan
alam dongeng penuh harmoni dan menenangkan.
Penduduk yang menyediakan jasa penyewaan kuda
Berlatar Bukit Teletubies yang indah
Bertualang dialam bersama sahabat