Selasa, 09 Juni 2015

Wisata Malang : Pantai Balekambang



Pantai Balekambang

Pantai Balekambang masih berada pinggiran Kota Malang.  Yang khas dari pantai ini adalah adanya pure ditengah laut.   

Ada jembatan kayu yang menghubungkan daratan dengan bukit dimana pure berdiri.  Memasuki kawasan pure harus memperhatikan aturan yang ada.  Terutama bagi wanita yang sedang haid dilarang memasuki kawasan pure.

Sekitar pantai terdapat fasilitas panggung hiburan, kios makanan, kios sovenir, toilet dan lahan parkir yang luas.  Saya sempet mampir ke salah satu kios untuk meminjam topi untuk berfoto.  Dikios makanan kami menikmati ikan goreng untuk makan siang.
                                      Memasuki gerbang kawasan wisata laut Pantai Balekambang

                             Aneka sovenir tersedia di kios yang berjajar dijalanan menuju pantai


           Pasir berwarna kuning dan bersih cocok dapat digunakan untuk terapi telapak kaki


                                   Pure yang terletak ditengah laut terhubung jembatan kayu

 
                                                          Hamparan samudera lepas

 
                        Menu makanan laut yang segar tersedia di warung-warung makan


Wisata Malang : Taman Kota



Taman Kota Malang

Datang di Kota Malang kurang lengkap kalau tidak mampir dan menikmati taman-taman kotanya.  Taman kota yang sempat saya kunjungi adalah taman Trunojoyo dan Taman Balai Kota. Saat menikmati taman Trunojoyo cuaca mendung dan sebentar kemudian gerimis jadi tidak sempat berlama-lama.  Kesan saya tentang taman ini adalah taman yang lengkap dan layak dijadikan pusat kegiatan masyarakat.  Banyak tanaman berupa pohon-pohon besar dan tanaman bunga, ada tempat bermain untuk anak-anak, tempat olah raga, perpustakaan, toilet, air mancur dan tentu saja bangku-bangku tempat duduk yang terbuat dari beton.

Disebelah taman terdapat pusat jajanan. Aneka makanan dan minuman khas dijajakan disini. Ada rawon, nasi pecel, tengkleng dan masih banyak lagi.  Jadi sambil menikmati suasana  taman kitapun dapat menikmati kuliner khas Jawa Timur.

Saya menikmati taman balai kota pada pagi hari, cuaca cerah dan udara segar.  Saat itu hari senin suasana taman tidak banyak pengunjung.  Hanya bebberapa murid-murid sekolah dan lansia yang sedanga berjalan-jalan.  Taman Balai kota sangat bersih dan terawat dengan baik.  Tengah taman terdapat tugu yang terletak di tengah kolam.  Kolam ini diitanami ikan dan bunga teratai.  Teratainya   sedang berbunga dan bermekaran indah.  Dari taman ini kita bisa mengambil view ke arah balai kota.  Taman balai kota sangat cocok untuk dinikmati di pagi hari menjelang matahari terbit disore hari menjelang matahari terbenam.

Diakhir perjalanan di Kota Malang saya sempat bertemu dengan seorang sahabat lama bernama Nur.  Teman kerja waktu di Sulawesi Tenggara.  Tadinya saya akan menginap beberapa hari dirumahnya, kangen untuk berbagi cerita selama sekian tahun tidak bertemu namun karena kesalahan informasi jadi pertemuan hanya singkat saja karena teman saya akan mengajar. 

Perjalanan dikota Malang diakhiri dengan semangkuk bakso yang dinikmati bersama Nur dan Karin.  Tentu saja bakso Trunojoyo yang memang ada di kios disepanjang jalan Trunojoyo. 

Tidak semua tempat wisata didatangi karena keterbatasan waktu dan saya harus melanjutkan perjalanan menggunakan travel malam ke Pacitan. Ya Pacitan I”m Coming...


                                                            Denah Taman Trunojoyo


  Pemandangan taman di seberang Stasiun Kota Malang

Taman di seberang Balaikota Malang

 Bunga Teratai bermekaran di Taman Balaikota Malang


Menu sarapan "Pecel" di simpang taman

                                                                    Tahu campur

                                                  Oleh-oleh khas Malang : Apel Red Beauty

                                                Oleh-oleh khas Malang : Apel Manalagi




 Aneka kue khas Malang







Wisata Malang : Kawasan Bromo



Sunrise di Pananjakan

Mengunjungi Bromo adalah rencana yang sudah dua tahun dirancang.  Berkali-kali gagal karena berbagai alasan.  Karena setingan awal rame-rame supaya ngirit biaya transportasi dan penginapan.  Jadilah koordinasi sana sini mengumpulkan pasukan.  Target operasi mengumpulkan pasukan adalah yang termasuk Kejora.  Seperti biasa mengumpulkan orang yang memiliki aktivitas berbeda dan tinggal di kota yang berbeda pula sangatlah tidak mudah.  Saat itu saya ada di Sumatera, sebagian teman di Jawa dan sebagian lagi di Kalimantan.  Suatu kali rencana tertunda karena tiba-tiba saya tidak bisa meninggalkan pekerjaan yang sedang deadline.  Lain kesempatan salah satu anggota tim tidak bisa karena orang tuanya sakit.  Lain kali lagi rencana gagal karena tiba-tiba salah satu teman yang tadinya semangat menggebu-gebu tiba-tiba menghilang tanpa kabar persis seperti lagu dangdut “ di sms gak dibalas di telepon gak diangkat”.  Hitung punya hitung dua tahun sudah rencana ke Bromo tertunda. 

Sekali dalam setahun saya dan tim kejora biasanya selalu punya rencana jalan-jalan untuk refreshing.  Menghadiahi diri dengan perjalanan penuh ceria setelah setahun penuh berkutat menggeluti pekerjaan masing-masing. Dan menyiapkan diri untuk setahun kedepan kembali menggeluti pekerjaan. 

Rencana ke Bromo diawali dengan obrolan chat via BBM saling curhat tentang kepenatan bekerja. Yuk kita jadikan rencana untuk ke Bromo. Okeh. Siapa yang hunting tiket, siapa yang hunting informasi.  Jadilah terkumpul 2 orang yaitu saya dan seorang teman Mba Win. 

Pukul 20.00WIB kami diberitahu Pak Farel agar bersiap-siap berangkat ke Bromo jam 00.00 WIB.  Ada 3 rombongan yang akan berangkat malam itu.  Saya dan Mba Win, rombongan dari Tangerang, dan rombongan dari Jakarta.  Secara kebetulan kami bertemu teman-teman dari arah yang sama dan menuju tujuan yang sama walaupun start explore nya berbeda-beda. Rombongan Jakarta dan Tangerang adalah anak-anak muda laki dan perempuan berusia dua puluhan sedangkan kami adalah 2 wanita empat puluhan.  Generasi berbeda berada ditempat yang sama dengan tujuan yang sama.  Jadilah kami mendapat perlakuan istmewa baik dari pemilik rumah, pengantar maupun teman rombongan.  Pemilik rumah menempatkan kami di kamar terpisah yang cukup nyaman sedangkan mereka menempati ruang bersama.  Dengan sopan dan penuh perhatian mereka semua termasuk pengantar kami memperlakukan saya dan Mba Win Bak Ibu suri.  Okay We are enjoyed it!

Pukul 01.30 persiapan selesai dan kami diangkut 3 jip berangkat menuju Bromo dengan spot pertama adalah melihat matahari terbit di Pananjakan. Spot selanjutnya Kawah Bromo, Pasir Berbisik dan Bukit Teletubies.

Diperjalanan rupanya kami berpapasan dengan rombongan lain.  Makin lama rombongan jip makin banyak.  Jadilah jalanan ramai dengan deru jip dalam sebuah konvoi besar.  Tidak disangka dari sebuah keinginan yang terkurung dalam hati ternyata menjadi rombongan besar keinginan yang sama.  Tidak lama kami sampai di Gerbang kawasan, kami membayar tiket masuk dan jip pun melanjutkan perjalanan.  Jalanan kecil, berkelok dan menanjak.  Jika kebetulan berpapasan dengan mobil lain dari arah yang berlawanan salah satu harus mengalah untuk minggir dan berhenti untuk memberi jalan.  Makin lama tanjakan makin terjal.  Salah satu mobil kami tersendat saat naik sampai harus diganjal untuk isi aki. 

Jalanan makin nanjak, rombongan jip makin banyak.  Kerlap kerlip lampu jip yang merangkak naik melingkari jalanan nampak indah terlihat dari kejauhan.  Sungguh sebuah pemandangan yang menakjubkan.  Kembali jip kami terhenti karena kembali mogok.  Setelah sekian lama di utak atik oleh Pak Farel dan Kru akhirnya satu jip menyerah mendaki sampai disitu tak sanggup untuk melanjutkan perjalanan.  Jadilah 2 Jip berlanjut dan satu jip harus balik untuk menjemput rombongan yang berada di jip yang mogok.  Pak Farel berkali-kali meminta maaf atas ketidaknyamanan yang terjadi. Dan kamipun tak mempermasalahkan karena terlarut dalam uporia mengejar sunrise.  

  Jip sebagai angkutan menuju Pananjakan

Sampai di parkiran jip dan kami melanjutkan menuju puncak Pananjakan untuk melihat matahari terbit.  Dari parkiran jip kita dapat berjalan kaki bersama rombongan lain ataupun diantar ojek sampai di tangga pertama pendakian. 
Dibawah tangga pendakian terdapat fasilitas toilet, kios-kios makanan, mushola dan sovenir khas Bromo.  Ada juga pedagang asongan yang menjajakan syal rajutan, kupluk, sarung tangan dan masker.  Sepanjang jalan juga tersedia pedagang yang menjual jagung bakar, pisang goreng, tempe goreng, kopi atau teh panas dan mie rebus.  Suhu udara sangat dingin entah berapa derajat saat itu.  Ditengah udara dingin seperti itu tak sanggup melanjutkan perjalanan kalau dengan perut keroncongan.  Kamipun mampir ke warung untuk sekedar menghangatkan perut dengan segelas teh panas dan mie rebus.  

 Tersedia kedai yang menyediakan minuman dan makanan panas

Lanjut dengan pendakian anak tangga menuju menara pantau.  Dan .... berjubel orang laksana mau antri BLT  berkumpul disitu.  Masing-masing dengan kamera ditangan.  Berkostum ala musim winter di negara 4 musim.  Baju tebal berlapis-lapis, syal melingkar dileher, kupluk terpasang dikepala dan suara mendesis seperti entog karena kedinginan.  Heemmm suasana yang unik inilah perburuan sang surya yang baru bergeliat diufuk timur di panajakan.  Sensasional.  



Suasana menunggu sunrise

Waktu itu langit mendung berkabut jadi matahari muncul kurang ceria karena tertutup awan.  Bulatan bola matahari berwarna merah keemasan seperti digambar-gambar tidak dapat kami saksikan saat itu.  Namun tetap takjub dengan fajar yang pelan-pelan menyingsing diufuk timur menyingkap kabut yang menyelimuti dan membuka cakrawala pelan-pelan terlihat indah.  Gunung batok, berlatar kawah Bromo dan Gunung Semeru membentang anggun dihadapan.  Lama saya berdiri mengagumi pemandangan nan cantik dihadapan sambil mencari spot yang bagus untuk berfoto.  Sungguh indah cipataan Sang Pencipta.  Subnallah.


 Pemandangan indah Gunung Batok, Kawah Bromo dan Semeru

Para foto hunterpun beraksi dengan kamera masing-masing.  Berbagai pose mereka malah menarik untuk diabadikan.  Udara pelan-pelan menghangat seiring kemunculan sang matahari.  Rupanya disekitar menara pantau terdapat bangku-bangku kayu untuk duduk yang jika tidak berjubel-jubel oleh pengunung, dapat menikmati sunrise dengan santai sambil duduk dan menikmati secangkir teh ditemani pisang goreng panas. 

 Aksi fotohunter

Berfoto berlatar belakang pemandangan indah jadi favorit para pengunjung
 
Puas menikmati pemandangan di Pananjakan kami beranjak turun menuju jip untuk lanjut menuju kawah Bromo.  Jip maju dengan penuh hati-hati menuruni jalanan.  Dihadapan yang dituju nampak siluet gunung batok dan Kawah Bromo dengan urat-uratnya yang nampak perkasa.  

 Persiapan Jip untuk turun
 
 Dari jauh terlihat guratan Gunung Batok


 Kawah Bromo

Akhirnya jip sampai di parkiran menuju kawah Bromo.  Berjejer jip terparkir disana.  Untuk menuju tangga kawah Bromo ada pilihan angkutan yaitu naik kuda.  Tarif naik kuda pulang-pergi seharga 100ribu-150ribu per ekor.  Selanjutnya kita naik tangga menuju kawah.  
 
Fasilitas tangga cukup baik dengan kontruksi beton yang kokoh, pagar pengaman sebagai pegangan dan terdapat spot-spot pemberhentian.  
 
Tanjakan terjal sehingga membuat ngos ngosan dan harus berhenti beberapa kali untuk sampai ke dekat kawah.  Sesampainya di kawah saya merasa sangat ngeri karena kawah masih aktif, sangat dalam dan sangat dekat dengan tangga pegangan.  Saya hanya menjulurkan tangan untuk mengambil gambar kawah, dan tidak berlama-lama sayapun langsung turun kembali.  Dibawah tangga terdapat pedagang minuman, makanan dan bunga edelwis.  Para pelancong yang kelelahan setelah mendaki tangga dapat beristirahat sambil minum dan menikmati sekitar kawasan yang indah.  Saya sempat mengobrol sebentar dan berfoto bersama pedagang bunga.  Dari tangga Kawah Bromo kembali para pawang kuda menawarkan kudanya untuk di sewa. Sebagian pelancong ada yang berjalan kaki dan sebagian menggunakan kuda menuju kendaraan masing-masing.  Saya memilih berjalan kaki sambil menikmati suasana.

Tidak jauh dari tangga kawah juga terdapat pure yang biasa digunakan penduduk sekitar untuk melakukan ritual pemujaan. 

Jip yang terparkir berjejer juga memberikan pemandangan yang indah sayapun tak luput untuk mengabadikannya.  Tidak jauh dari parkiran jip terdapat pedagang yang menjajakan berbagai makanan dan minuman.  Kami tertarik untuk menikmati pecel dan tempe goreng untuk mengisi perut yang mulai terasa lapar. 



  Deretan Jip yang terparkir di hamparan pasir kawasan Bromo



 Berfoto bersama kendaraan tangguh 

 Pengunjung menaiki tangga menuju Kawah Bromo

 Kawah Bromo yang nampak masih aktif

 Berfoto bersama Mbok Pedagang Bunga

 Berfoto dibawah tangga menuju kawah

Berfoto berlatar Gunung Batok


Kawasan Pure

Pasir Berbisik

Setelah semua rombongan kumpul kamipun melanjutkan perjalanan menuju pasir berbisik.  Kawasan pasir berbisik merupakan kawasan yang seputarannya hamparan luas pasir hitam. Jika angin bertiup pasir ini terbawa dan meimbulkan bunyi desis seperti berbisik.  

 Berjalan tengah hari di kawasan ini sangat panas

 Pemandangan pasir yang terhampar luas

  Hamparan pasir yang akan berbunyi gemerisik saat tertiup angin


Bukit Teletubies
 
Perjalanan dilanjutkan ke Bukit Teletubies.  Melewati padang rumput yang terhampar luas, bunga-bunga liar yang bermekaran disepanjang perjalanan menambah indah suasana.   Bukit teletubies merupakan tonjolan bukit-bukit berumput hijau. Terdapat jasa penyewaan kuda bagi yang ingin mengitari kawasan ini tanpa berlelah-lelah berjalan kaki.  Berada disini serasa berada di alam mimpi dan alam dongeng penuh harmoni dan menenangkan.


 Penduduk yang menyediakan jasa penyewaan kuda

 Berlatar Bukit Teletubies yang indah


 Bertualang dialam  bersama sahabat