Kisah Sepenggal Jalan Melati dari Karang Intan
Bunga melati yang harum mewangi, berwarna putih bersih, berbunga kecil-kecil. Indah dan harum.
Tak hanya indah bunga ini juga bernilai ekonomi tinggi. Bunga melati banyak manfaatnya. Diantaranya bunga segar yang masih kuncup dapat dijadikan bunga ronce untuk hiasan pengantin dan juga bunga untuk taburan di pekuburan saat ziarah. Bunga yang sudah kering bermanfaat untuk campuran minuman seperti teh. Tak hanya itu, bunga kering juga dapat di suling untuk menghasilkan bunga minyak atsiri sebagai bahan baku parfum.
Lalu apa hubungan bunga melati dengan judul sepenggal kisah dari Karang Intan ya?
Begini ceritanya....
Bermula dari sering melewati jalanan yang membentang dari pertigaan batas Kecamatan Martapura Kota dan Kecamatan Karang Intan. Jalanan aspal tidak terlalu lebar namun cukup untuk dilewati kendaraan roda 4. Jika ada arah yang berlawanan maka salah satu kendaraan roda empat harus mengalah menunggu dalah satu berjalan. Semula tidak saya perhatikan nama jalanan itu. Biasa dan tadak ada hal yang istimewa.
Sampai suatu pagi ketika saya hendak berkunjung ke salah satu kantor desa yang ada di Kecamatan Karang Intan yaitu desa Jingah Habang Ilir. Saya menemui disalah satu rumah warga sekelompok orang sedang sibuk menerima kantong-kantong plastik berisi bunga melati. Bunga-bunga tersebut ditimbang dan dibeli oleh warga yang berperan sebagai pengumpul. Silih berganti warga datang menjual bunga melati segar yang masih kuncup kepada sang pengumpul.
Satu gelas bunga melati dihargai 2000 rupiah. Dan rata-rata warga membawa paling sedikit 10 gelas bunga melati, jadi sepagi itu mereka mengantongi paling sedikit 20.000 rupiah. Ternyata tak hanya bunga melati, mereka juga membawa dan menjual bunga mawar dan bunga kenanga.
Selidik punya selidik ternyata kawasan Karang Intan memiliki petani bunga yang sudah berprofesi bertahun-tahun, tepatnya tidak tahu mulai tahun berapa perkebunan bunga melati di daerah itu mulai berkembang. Namun yang pasti, hampir setiap warga yang memiliki lahan, menanaminya dengan bunga melati tumpang sari bersama mawar dan kenanga. Dan ternyata menurut sang pengumpul bahwa 3 desa di Karang Intan yaitu Desa Jingah Habang Ilir, Jingah Habang Ulu dan Pandak Daun menjadi sentra 3 jenis bunga segar tersebut. Tak heran jika warganya sudah terbiasa mengelola lahan untuk menjadi kebun dan memasarkannya. Pendapat sang pengumpul juga dibenarkan oleh kepala desa Pandak Daun ketika saya bertanya tentang matapencaharian warganya. Dan Kepala Desa menyampaikan bahwa sebagian besar warga desa bertanam bunga.
Kemana bunga-bunga tersebut dipasarkan?
Menurut sang pengumpul, bahwa bunga-bunga tersebut dipasarkan ke pasar Martapura, Banjarmasin bahkan sampai ke Balikpapan dan Manado. Wah luar biasa ya distribusinya. Dan setiap hari hasil panen terserap habis dipasaran. Hemmm keren.
Karena prospek ekonomi yang rutin menunjang kebutuhan warga maka tak heran setiap lahan kosong dibelakang rumah warga dipenuhi dengan si cantik putih bunga melati.